Pertama kali membaca
Novel ini, jujur kesan pertama adalah sangat brilian. Bagaimana bisa topik
pembahasan yang berat seperti “Liberalisme” bisa diramu dalam cerita yang
mengalir dengan pembahasan yang memahamkan pembaca tentang “apa itu Liberalisme
?”dalam setiap percakapannya. Novel ini secara lugas menyatakan tentang perang
pemikiran yang selama ini menyerang umat Muslim di dunia, khususnya di Negara
kita Republik Indonesia.
Pembahasan tentang arus
pemikiran ini kalaupun toh dibahas dalam diskusi-diskusi atau artikel-artikel
ilmiah pasti pendengar atau pembaca yang masih awam masih bingung, apa itu
liberal ?, apa itu sekularisme ?, apa itu feminisme ?, dan lain
sebagainya. Dalam Novel KEMI ini telah
disusun secara gamblang, dengan cerita persahabatan, cinta, dan kesetiaan, Dr.
Adian Husaini telah menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa “perang pemikiran”
memang sedang terjadi di negara kita.
Peperangan ini sangat
tersembunyi, hingga kita semua tidak sadar bahwa setiap saat kita bisa menghadapinya
ataupun menjadi korbannya. Untuk itulah novel ini serasa mengajari kita agar
memahami jalan pikiran yang salah, dan juga bagaimana seharusnya kita bisa memetakan
pemahaman yang baik sesuai dengan syariat Islam yang bersumber dari Hadits
Rasulullah SAW dan Al-Quran.
Novel KEMI menggambarkan
bahwa membela agama Islam tidak hanya dengan melakukan peperangan fisik,
melainkan juga bisa lewat karya sastra. Dalam prolognya (hal. 7), Dr. Adian
Husaini menjabarkan secara ringkas tentang bahaya liberalisme. Dari MUI yang
dicaci maki, umat muslim Indonesia yang menjadi target sasarannya, kebebasan pemikiran
agama itu semua sama, serta ajakan liberalisme untuk bebas dari kungkungan ajaran
agama.
Novel “KEMI, Cinta
Kebebasan yang Tersesat” dimulai dengan dua sosok sahabat di sebuah pesantren,
Kemi dan Rahmat. Kedua sahabat ini saling berprestasi dan menjadi santri
teladan di pesantren Minhajul Abidin punya Kyai Aminudin Rois. Tetapi
persahabatan itu berubah ketika Kemi ingin meninggalkan pesantren.
Kemi terbujuk dengan
dengan pengaruh kakak kelasnya yang lebih dulu meninggalkan pesantren, Farsan.
Farsan menjanjikan kehidupan yang sejahtera dengan beasiswa kuliah di
Universitas Damai Sentosa. Ternyata Farsan mempunyai niat buruk, yaitu
menjadikan Kemi sebagai salah satu pasukan yang akan menentang keyakinan
agamanya sendiri.
Rahmat sahabat karib kemi
di pesantren tidak mau tinggal diam mendengar perubahan drastis yang terjadi
kepada Kemi. Akhirnya rahmat pun memperdalam ilmunya kepada Kyai Fahim Rupawan
(hal. 108) yang terkenal mumpuni dalam bidang pemikiran dan peradaban Islam.
Setelah dirasa cukup dan mampu, akhirnya Rahmat dikirim ke Jakarta untuk
menyadarkan Kemi kembali.
Di kampus Damai Sentosa,
Rahmat menemui kehidupan baru. Pemikiran yang bebas sudah sangat
sebebas-bebasnya membaur dan merasuk ke setiap mahasiswa di kampus itu. Tetapi
Rahmat tetap kepada pendiriannya, menjaga imannya dari setiap keyakinan yang
tidak sesuai dengan Syariat agama Islam. Bahkan pada suatu saat, Rahmat mampu
menaklukkan Rektor Universitas tersebut, Profesor Malikan (hal. 139).
Pergulatan Rahmat dalam
membela pemikiran yang benar sesuai dengan syariat terus berlanjut, sampai
akhirnya semua tahu mana yang salah dan mana yang benar. Memang jika kita membaca
lembar demi lembar isi novel ini serasa berbeda dengan kebanyakan novel
lainnya. Novel KEMI menyajikan pemahaman tentang pemikiran yang sedang
berkembang dan menyebar luas di Negara kita. Pemahaman yang dibalut dengan
dialog dan contoh yang masuk akal akan memahamkan orang awam.
Novel Kemi ini sangat
bermanfaat, karena telah mengajarkan kita semua bahwa; Umat Islam saat ini
telah dijajah oleh musuh-musuh Islam yang ingin menghancurkan Islam dari
umatnya sendiri. Merubah cara berpikir umat Islam dan memprovokasi agar saling
menyerang dan melemahkan sesama muslim. Menjadikan pemikiran dan pemahaman umat
Islam dangkal dan jauh akan ajaran agamanya sendiri.
Untuk itu, pelajaran yang
amat sangat berharga yang bisa diambil dari novel ini adalah; Kita semua
sebagai umat Islam harus bersatu saling menguatkan aqidah kita sesuai dengan
syariat islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW.
Jangan mudah terbawa arus
pemikiran yang salah, serta silau oleh harta dunia yang melimpah dengan
menggadaikan keimanan kita, karena hidup bahagia seorang muslim bukan hanya
diukur dengan banyaknya harta, melainkan juga kaya akan iman dan amal sholih
yang menjadi jalan menuju kebahagiaan hakiki muslim, yaitu hidup tenang
berdampingan dengan kekasih Allah SWT di akhirat kelak. Amiin.
Judul: Kemi, Cinta
Kebebasan yang Tersesat
Penulis: Adian Husaini
Penerbit: Gema Insani
Press
Cetak: Pertama, April
2010
Tebal: 316 hlm
Semoga bermanfaat :)
iya sangat sepakat dengan kalimat paragraf akhir, ...selain itu agar tidak mudah terbawa pemikiran sesat, pelajari dengan baik syariat agama, mendalami dan menjalankannya....tidak hanya dengan BER-ISLAM tapi cuma di KTP.
ReplyDeleteKita harus belajar tentang agama kita lebih mendalam lagi pak biar tidak ikut2an atau terbawa masa.. :)
DeleteSalam (C)
novel ini sudah terjadi di tanah air ya sob, kok bisa ya anak pesantren yang notabane pemahaman keilmuan agamanya sudah tidak diragukan itu masih bisa terpengaruh dengan aliran-aliran sesat
ReplyDeleteSemua bisa terjadi pak.. jangankan pesantren, orang hebat yg udah bergelar prof aja masih bisa.. intinya kita harus lebih giat lagi memahami agama kita sesuai yang telah dicontohkan dalam Al-Qur'an & hadits.. :)
DeleteSalam hangat dari Jombang (C)
Sebuah bacaan yang sangat bagus sebagai referensi kita dalam 'melihat' dunia saat ini. Apa yang perlu kita lakukan setelah membaca dan memahami novel ini ? Dapatkah kita 'sedikit' berperan untuk ikut mengubah dunia ? Berbahagialah manusia yang bermanfaat bagi sesamanya.
ReplyDeleteSangat bermanfaat pak.. apalagi sekarang sudah terbit Novel KEMI 2 :)
DeleteTentu yg bisa kita lakukan setelah membaca Novelini kita lebih bisa menata alur pemikiran kita ttg menghadapi suatu masalah seperti ini & juga menambah ilmu pengetahuan kita. Kita bisa berperan pak.. dimulai dari membimbing diri kita sendiri kemudian keluarga, teman, & masyarakat disekitar kita..
Semoga bermanfaat (C)
keberagamaan kita hari ini memang ujiannya lebih berat. apalagi dengan semakin bebabasnya tayangan ditelevisi yang sedikit banyak juga memberikan dampak negatif terhadap masyarakat. Saya bisa beli novel itu di mana mas? Salam...
ReplyDeleteBenar mas.. sekarang kita harus extra mendidik & mengcover keluarga, teman, & masyarakat kita dari hal yg tidak diinginkan.. dimulai dari diri kita sendiri tentunya :)
DeleteAnda bisa beli Novel KEMI di toko buku terdekat / gramedia :)
Salam (c)
Membaca resensi yang Mas Fajar tulis, saya langsung menyimpulkan bahwa penulis ini cerdas. Wah, saya jadi ingin membacanya langsung neh....
ReplyDeleteTerima kasih pak Muhaimin Azzet.. novelnya memang bagus pak, beda dari yg lainnya :)
Deletewah pak ust Azzet nih tertarik banget kayaknya mas bro fajar gimana isidnya mas broo teman teman ane masih disana ndak kayak Dzulfikar akbar romadhon panggilannya mamo satria hibatal azizi
ReplyDeleteAlhamdulillah tambah rame mas opick.. :)
DeleteMamo sekarang ikut program PKU (Pendidikan Kader Ulama) mewakili Muhammadiyah Sidoarjo kalau Satria jadi staff rektorat.
Mantap gan
ReplyDeleteTerima kasih mas :)
Deletesukses selalu untuk novelnya...semoga laris manis ...ditunggu kunjungan balikny :D
ReplyDeleteAmin pak.. semoga bermanfaat buat yg lainnya :)
DeleteSaya turut mendukung aja lah... Blog walking mas.
ReplyDeleteSalam silaturahmi mas broo.. :)
Deletejadi tertarik mau ikut baca novel nya, recommended juga nih
ReplyDeletemantap and inspiratif...
ReplyDelete