Namanya Ayesha Munjidah, kalau biasanya akrab dipanggil dek
Ays. Seorang gadis kecil berumur 6 tahun dan sekarang duduk di kelas 1 SD. Dek Ays,
dengan wajah imutnya adalah seorang siswa terkecil dikelasnya. Setiap pagi
harus diantarkan ke sekolah karena memang jarak antara rumah dan sekolahnya
kurang lebih 3 km.
Aktifitas dek Ays tidak hanya berhenti selepas sekolah saja ketika pagi sampai siang, tetapi dilanjutkan dengan mengikuti program belajar di MTA (Madrasah Tarbiyatul Atfhal) semacam sekolah tambahan dari jam 2 siang sampai jam setengah 5 sore. Dengan 2 materi pelajaran agama setiap harinya.
Sangat jauh untuk anak seumurannya yang harus (PP) pulang
pergi setiap hari, walaupun antar-jemput. Jarak yang jauh bukan karena tidak
ada alasan, meskipun ada sekolah yang lebih dekat di sekitar desa, tetapi
pilihan kedua orang tuanya jatuh pada SD Gontor, sebuah sekolah dasar yang
terletak di desa Gontor, desa tempat ayahnya berasal.
Ayah dek Ays adalah dosen saya dan biasanya beliau meminta
tolong untuk mengantarkannya ke sekolah. Dalam 1 minggu mungkin hanya 4 kali
antar jemput pagi siang, bahkan bisa jadi tidak sama sekali, karena beliau
sendiri yang mengantarkan.
Yang saya kagumi dari keluarga beliau adalah cara beliau
mendidik anak-anaknya, termasuk dek Ays. Setiap pagi ketika shalat subuh
berjamaah di masjid beliau selalu membawa anaknya yang masih kecil untuk ikut
berjamaah, entah itu dek Ays atau kakaknya, Azzam. Sebuah pemandangan yang jarang
saya temukan di luar kampus. Kebanyakan anak seumur mereka kalau masih jam 4
pagi masih pulas tertidur, dan bangun paling pagi jam setengah 6.
Aktifitas dek Ays tidak hanya berhenti selepas sekolah saja ketika pagi sampai siang, tetapi dilanjutkan dengan mengikuti program belajar di MTA (Madrasah Tarbiyatul Atfhal) semacam sekolah tambahan dari jam 2 siang sampai jam setengah 5 sore. Dengan 2 materi pelajaran agama setiap harinya.
Kalau saya sendiri yang mengalami seperti dek Ays pasti
tidak mau, karena rasanya capek. Tetapi tidak untuk anak kecil yang satu ini,
biasanya rasa capeknya dilampiaskan ketika perjalanan pulang dari MTA ke rumah.
Dengan tidur diatas motor. Saya pun khawatir, takut kalau seandainya ia
tiba-tiba jatuh tanpa saya sadari, makanya
kalau dalam keadaan ngantuk berat dek Ays saya bonceng di depan dan
berjalan pelan-pelan.
Anehnya, setelah kami sampai di rumah tak lama setelah ia
berganti baju seragam langsung bermain dengan naik sepeda BMX yang ukurannya 2
kali lipat ukuran badannya. Sungguh, seorang anak yang tak punya rasa lelah. Hebat.
Ada suatu kejadian yang saya rasa perlu saya tuliskan
disini, supaya bisa menjadi renungan kita bersama. Amiin.
Ketika siang hari sedang dalam perjalanan mengantarkan dek
Ays pergi ke MTA, kami bertemu dengan segerombolan konvoi anak-anak SMA yang
baru lulus dengan baju seragamnya yang khas, penuh corat-coret dan merasa
menguasai jalan raya sendiri, terpaksa saya harus pelan-pelan dan menyamping ke
bahu jalan. Khawatir kalau jatuh karena membawa anak kecil, anak dosen lagi.
Ketika mereka melintas, tak terduga muncul sebuah kalimat
dari mulut dek Ays yang membuat saya tercengang.
”Mas Fajar, mereka lho ujiannya lulus tetapi tingkah lakunya
belum lulus,”
“Bilang apa dek ?,” saya kurang mendengar suara dek Ays yang
kecil, karena suara bising motor lebih mendominasi dan saya sedang pakai helm.
“Mereka lho ujiannya lulus tetapi tingkah lakunya belum
lulus,” dek Ays mengulangi perkataannya.
Subhana Allah, anak sekecil itupun tahu. Mengapa mereka yang
sudah lulus SMA yang bisa dikatakan “sudah dewasa”, bisa berfikir, menentukan
perbuatan mana yang baik atau tidak, malah melakukan hal yang “kurang baik”
dalam sudut pandang etika.
Kebahagiaan akan kelulusan memang harus disyukuri dan
dirayakan. Mensyukurinya dengan melakukan sujud syukur karena dengan nikmat
Tuhanlah semua bisa lulus, dan merayakannya dengan tidak melakukan corat-coret
baju seragam sekolah. Karena seragam sekolah masih bisa disumbangkan kepada
mereka yang masih membutuhkan.
Alangkah lebih baik dan indahnya jika sebuah kesyukuran dan
kebahagiaan bisa juga membantu dan membahagiakan orang lain juga. Lebih bermanfaat.
Lebih menentramkan hati.Wallahu’alam.
Semoga bermanfaat.
Mereka lho ujiannya lulus tetapi tingkah lakunya belum lulus,”
ReplyDeletePinternya ade Ays..
Andaikan semua orang kaya si dek Ays??
Andai semua orang jalan berfikirnya seperti dek Ays, pasti semua bermanfaat & lebih banyak anak yg kurang mampu mendapat seragam gratis :)
DeleteSubhanallah...banyak belajar dari anak kecil tersebut.
ReplyDeleteDidikan orang tua dan lingkungan yang baik memang faktor yang sangat penting dalam menanamkan kebiasaan yang baik dan juga menanamkan agama semenjak kecil
Al-Umm Madrosatul Ula.. Ibu adalah sekolah/pendidik yg pertama bagi anaknya. Keluarga memang sangat berpengaruh pada karakter perkembangan anak pak. berharap bisa meniru uswah ayahnya dek Ays :D
Deletepak fajar...beruntunglah orang tua yang punya anak seperti dek ays karena akhlaknya terjaga sejak dari kecil. Tidak banyak yang seperti ini pak...salam
ReplyDeleteBerharap punya anak seperti dek Ays di masa mendatang.. hehe
DeleteWalau belum tau siapa ibunya.. :D
Woowwww....
ReplyDeleteEmang bener yaa, "Don't judge a book by itc\s cover"
Bukan berarti anak kecil cuma bisa mikirin boneka atau permen...
Salutte!
Ank jman sekrang makin pinter2 :D
Deletesalam ^_^
ReplyDeleteWa'alaikumsalam :D
Deletepostingan yang sangat bagus dan layak untuk untuk dibaca oleh semuanya... dalam kisah ini faktor utama dalam keluargalah yg paling dominan menuju hal positif dan ditunjung oleh lingkungan yang baik...
ReplyDeleteTerima kasih pak, pendidikan kelurga memang sangat penting pak apalagi jika diberikan sejak dini, kini tingal setiap orang tua mampu apa tidak memberikan contoh yg terbaik untuk buah hatinya :D
Deletesubhanallah, alangkah bahagianya jika semua anak generasi muda seperti dek Ayesha semua. Pasti hidup ini lebih indah :)
ReplyDeletesubhanallah, alangkah bahagianya jika semua anak generasi muda seperti dek Ayesha semua. Pasti hidup ini lebih indah :)
ReplyDeleteImpian masa depan yg bisa diwujudkan dimulai dari diri kita sendiri :D
DeleteBisakah nanti kita bisa mendidik anak kita semua lebih baik, sebuah tantangan besar tentunya. Semoga kita semua bisa :D
betul itu gan :)
Deletepuji Tuhan ... ternyata masih ada juga "benih-keluhuran" seperti ini ...
ReplyDeleteSemoga kita semua dapat mengambil pelajaran dari Dek Ays dan keluarganya pak :D
Deletesetelah baca, ini artikel yang berbobot juga ya,, dari kata katany sangat jelas dan mudah di fahami,,, keren dah,,, semoga sukses aja,,,
ReplyDeleteTerima kasih pak :)
DeleteSemoga bermanfaat :D
”Mas Fajar, mereka lho ujiannya lulus tetapi tingkah lakunya belum lulus,”
ReplyDeletesungguh menggetarkan hati saya,,,,
thanks
Semoga bermanfaat bagi kita semua :)
Deletetingkah lakunya belum lulus ya....
ReplyDeletebetapa luar biasa pemikiran Dek Ays
bahkan para pejabat dan anggota dewan
sungguh perlu merenungkannya...
Semoga pak.. harapan kita sebagai rakyat tak jauh beda, yg membedakan hanyalah mereka sebagian kecil dari pribumi kita sendiri yg pemikirannya sudah teracuni oleh limbah dunia. :)
Deleteartikel yang sangat berbobot dan signifikan juga nih,,,,
ReplyDeleteMakasih Pak :)
DeleteHi, blogwalking here friend :)
ReplyDeleteSalam silaturahmi :D
Deletesemoga kedepannya negara kita lebih maju mas...
ReplyDeletesaya menawarkan tukar link mas. :)
Amiin.. semoga mas :D
DeleteSilahkan mas.. :D
kunjungan gan .,.
ReplyDeletesaat kau kehilangan arah ingatlah masih ada yang menolong mu
dan tetap berdoa mengharap untuk menemukan jalanmu.,.
di tunggu kunjungan balik.na gan.,.
Terima ksih pak :D
Deletedek ays,
ReplyDeletesi gadis kecil yang kritis,
calon pemimpin masa depan,
ya kan mas fajar..
Semoga dia menjadi anak yg berbakat & bermanfaat untuk semua pak .. Amiin :)
Delete