Friday 8 June 2012

Standar Kelulusan Nasional Menurut Dek Ays

Namanya Ayesha Munjidah, kalau biasanya akrab dipanggil dek Ays. Seorang gadis kecil berumur 6 tahun dan sekarang duduk di kelas 1 SD. Dek Ays, dengan wajah imutnya adalah seorang siswa terkecil dikelasnya. Setiap pagi harus diantarkan ke sekolah karena memang jarak antara rumah dan sekolahnya kurang lebih 3 km.

Sangat jauh untuk anak seumurannya yang harus (PP) pulang pergi setiap hari, walaupun antar-jemput. Jarak yang jauh bukan karena tidak ada alasan, meskipun ada sekolah yang lebih dekat di sekitar desa, tetapi pilihan kedua orang tuanya jatuh pada SD Gontor, sebuah sekolah dasar yang terletak di desa Gontor, desa tempat ayahnya berasal.

Ayah dek Ays adalah dosen saya dan biasanya beliau meminta tolong untuk mengantarkannya ke sekolah. Dalam 1 minggu mungkin hanya 4 kali antar jemput pagi siang, bahkan bisa jadi tidak sama sekali, karena beliau sendiri yang mengantarkan.

Yang saya kagumi dari keluarga beliau adalah cara beliau mendidik anak-anaknya, termasuk dek Ays. Setiap pagi ketika shalat subuh berjamaah di masjid beliau selalu membawa anaknya yang masih kecil untuk ikut berjamaah, entah itu dek Ays atau kakaknya, Azzam. Sebuah pemandangan yang jarang saya temukan di luar kampus. Kebanyakan anak seumur mereka kalau masih jam 4 pagi masih pulas tertidur, dan bangun paling pagi jam setengah 6.

Aktifitas dek Ays tidak hanya berhenti selepas sekolah saja ketika pagi sampai siang, tetapi dilanjutkan dengan mengikuti program belajar di MTA (Madrasah Tarbiyatul Atfhal) semacam sekolah tambahan dari jam 2 siang sampai jam setengah 5 sore. Dengan 2 materi pelajaran agama setiap harinya.

Kalau saya sendiri yang mengalami seperti dek Ays pasti tidak mau, karena rasanya capek. Tetapi tidak untuk anak kecil yang satu ini, biasanya rasa capeknya dilampiaskan ketika perjalanan pulang dari MTA ke rumah. Dengan tidur diatas motor. Saya pun khawatir, takut kalau seandainya ia tiba-tiba jatuh tanpa saya sadari, makanya  kalau dalam keadaan ngantuk berat dek Ays saya bonceng di depan dan berjalan pelan-pelan.

Anehnya, setelah kami sampai di rumah tak lama setelah ia berganti baju seragam langsung bermain dengan naik sepeda BMX yang ukurannya 2 kali lipat ukuran badannya. Sungguh, seorang anak yang tak punya rasa lelah. Hebat.

Ada suatu kejadian yang saya rasa perlu saya tuliskan disini, supaya bisa menjadi renungan kita bersama. Amiin.

Ketika siang hari sedang dalam perjalanan mengantarkan dek Ays pergi ke MTA, kami bertemu dengan segerombolan konvoi anak-anak SMA yang baru lulus dengan baju seragamnya yang khas, penuh corat-coret dan merasa menguasai jalan raya sendiri, terpaksa saya harus pelan-pelan dan menyamping ke bahu jalan. Khawatir kalau jatuh karena membawa anak kecil, anak dosen lagi.

Ketika mereka melintas, tak terduga muncul sebuah kalimat dari mulut dek Ays yang membuat saya tercengang.

”Mas Fajar, mereka lho ujiannya lulus tetapi tingkah lakunya belum lulus,”

“Bilang apa dek ?,” saya kurang mendengar suara dek Ays yang kecil, karena suara bising motor lebih mendominasi dan saya sedang pakai helm.

“Mereka lho ujiannya lulus tetapi tingkah lakunya belum lulus,” dek Ays mengulangi perkataannya.

Subhana Allah, anak sekecil itupun tahu. Mengapa mereka yang sudah lulus SMA yang bisa dikatakan “sudah dewasa”, bisa berfikir, menentukan perbuatan mana yang baik atau tidak, malah melakukan hal yang “kurang baik” dalam sudut pandang etika.

Kebahagiaan akan kelulusan memang harus disyukuri dan dirayakan. Mensyukurinya dengan melakukan sujud syukur karena dengan nikmat Tuhanlah semua bisa lulus, dan merayakannya dengan tidak melakukan corat-coret baju seragam sekolah. Karena seragam sekolah masih bisa disumbangkan kepada mereka yang masih membutuhkan.

Alangkah lebih baik dan indahnya jika sebuah kesyukuran dan kebahagiaan bisa juga membantu dan membahagiakan orang lain juga. Lebih bermanfaat. Lebih menentramkan hati.Wallahu’alam.

Semoga bermanfaat.

34 comments:

  1. Mereka lho ujiannya lulus tetapi tingkah lakunya belum lulus,”

    Pinternya ade Ays..
    Andaikan semua orang kaya si dek Ays??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Andai semua orang jalan berfikirnya seperti dek Ays, pasti semua bermanfaat & lebih banyak anak yg kurang mampu mendapat seragam gratis :)

      Delete
  2. Subhanallah...banyak belajar dari anak kecil tersebut.

    Didikan orang tua dan lingkungan yang baik memang faktor yang sangat penting dalam menanamkan kebiasaan yang baik dan juga menanamkan agama semenjak kecil

    ReplyDelete
    Replies
    1. Al-Umm Madrosatul Ula.. Ibu adalah sekolah/pendidik yg pertama bagi anaknya. Keluarga memang sangat berpengaruh pada karakter perkembangan anak pak. berharap bisa meniru uswah ayahnya dek Ays :D

      Delete
  3. pak fajar...beruntunglah orang tua yang punya anak seperti dek ays karena akhlaknya terjaga sejak dari kecil. Tidak banyak yang seperti ini pak...salam

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berharap punya anak seperti dek Ays di masa mendatang.. hehe

      Walau belum tau siapa ibunya.. :D

      Delete
  4. Woowwww....

    Emang bener yaa, "Don't judge a book by itc\s cover"

    Bukan berarti anak kecil cuma bisa mikirin boneka atau permen...

    Salutte!

    ReplyDelete
  5. postingan yang sangat bagus dan layak untuk untuk dibaca oleh semuanya... dalam kisah ini faktor utama dalam keluargalah yg paling dominan menuju hal positif dan ditunjung oleh lingkungan yang baik...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih pak, pendidikan kelurga memang sangat penting pak apalagi jika diberikan sejak dini, kini tingal setiap orang tua mampu apa tidak memberikan contoh yg terbaik untuk buah hatinya :D

      Delete
  6. subhanallah, alangkah bahagianya jika semua anak generasi muda seperti dek Ayesha semua. Pasti hidup ini lebih indah :)

    ReplyDelete
  7. subhanallah, alangkah bahagianya jika semua anak generasi muda seperti dek Ayesha semua. Pasti hidup ini lebih indah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Impian masa depan yg bisa diwujudkan dimulai dari diri kita sendiri :D

      Bisakah nanti kita bisa mendidik anak kita semua lebih baik, sebuah tantangan besar tentunya. Semoga kita semua bisa :D

      Delete
  8. puji Tuhan ... ternyata masih ada juga "benih-keluhuran" seperti ini ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dari Dek Ays dan keluarganya pak :D

      Delete
  9. setelah baca, ini artikel yang berbobot juga ya,, dari kata katany sangat jelas dan mudah di fahami,,, keren dah,,, semoga sukses aja,,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih pak :)

      Semoga bermanfaat :D

      Delete
  10. ”Mas Fajar, mereka lho ujiannya lulus tetapi tingkah lakunya belum lulus,”

    sungguh menggetarkan hati saya,,,,
    thanks

    ReplyDelete
  11. tingkah lakunya belum lulus ya....
    betapa luar biasa pemikiran Dek Ays
    bahkan para pejabat dan anggota dewan
    sungguh perlu merenungkannya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga pak.. harapan kita sebagai rakyat tak jauh beda, yg membedakan hanyalah mereka sebagian kecil dari pribumi kita sendiri yg pemikirannya sudah teracuni oleh limbah dunia. :)

      Delete
  12. artikel yang sangat berbobot dan signifikan juga nih,,,,

    ReplyDelete
  13. semoga kedepannya negara kita lebih maju mas...
    saya menawarkan tukar link mas. :)

    ReplyDelete
  14. kunjungan gan .,.
    saat kau kehilangan arah ingatlah masih ada yang menolong mu
    dan tetap berdoa mengharap untuk menemukan jalanmu.,.
    di tunggu kunjungan balik.na gan.,.

    ReplyDelete
  15. dek ays,
    si gadis kecil yang kritis,
    calon pemimpin masa depan,

    ya kan mas fajar..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga dia menjadi anak yg berbakat & bermanfaat untuk semua pak .. Amiin :)

      Delete