Saturday 7 April 2012

Batik dan Perjuangan Pedagang Muslim

Batik adalah simbol identitas dan merupakan warisan leluhur yang mempunyai nilai filosofis tersendiri. Berbagai unsur yang mempengaruhi corak motifnya merupakan perwujudan dari suatu karya cipta yang tinggi. Islam dengan ajarannya yang damai ikut juga berperan besar dalam perkembangan batik di Indonesia.

Seiring perkembangannya, batik tidak sebatas menjadi pemenuhan masyarakat terhadap kebutuhan sandang. Tokoh-tokoh pedagang Muslim menjadikannya alat perjuangan ekonomi dalam melawan perekonomian Belanda.

Para pedagang muslim tidak mau kalah dan tunduk pada ekspansi Belanda dan negara lain yang menguasai pasar  pada masa penjajahan. Berdagang dengan niat tetap mempertahankan dan menjaga adat leluhur dan syariat agama adalah tantangan terbesar umat Muslim saat itu.

Motif Batik Parang Solo
Pada dekade awal abad ke-20, berdagang batik merupakan profesi wirausaha yang menggejala di masyarakat. Seperti dijelaskan M Nasruddin Anshoriy Ch (2010) dalam Matahari Pembaruan, Rekam Jejak KH Ahmad Dahlan, tokoh pendiri Muhammadiyah tersebut, seperti juga ulama-ulama lainnya, berdagang batik ditengah aktivitas dakwahnya pada masa tersebut.

Kyai Haji Samanhudi (1868-1956), seorang saudagar batik muslim di Solo mendirikan Serikat Dagang Islam (SDI) sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. SDI kemudian berdiri di lingkungan pedagang batik di Laweyan, Surakarta, disusul cabang-cabang lainnya di berbagai daerah (Merle Calvin Ricklefs (2005) dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2004).

Pada 1909, seorang mantan pegawai dinas pemerintahan yang menjadi wartawan, Raden Mas Tirtoadisuryo (1880-1918), mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di lingkungan pedagang batik di Jakarta. Lalu, pada 1910, ia mendirikan organisasi serupa di Buitenzorg (Bogor). Keduanya dimaksudkan utuk membantu pedagang-pedagang Indonesia.

Sementara itu, dalam buku Pengetahuan Sosial Sejarah 2 dijelaskan, keberadaan serekat dagang pada waktu itu bertujuan membela kepentingan para pedagang batik Indonesia dari ancaman pedagang Cina yang juga berkembang di Indonesia kala itu.

Sekarang, Kita sebagai bangsa Indonesia harus berbangga diri karena batik telah dipatenkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia, tetapi perjuangan belum berhenti sampai disini. Perjuangan yang dulu dilakukan nenek moyang kita harus kita teruskan tongkat estafetnya, karena, pasar bebas telah mencengkram pasar Indonesia.

Banyak produk dari luar, khususnya Cina yang melebihi produksi dalam negeri kita. Berbagai produk dalam negeri ini, terutama Batik, mulai mempunyai saingan tersendiri. Dan inilah yang perlu kita jaga, idealisme cinta produk dalam negeri harus ditingkatkan agar masyarakat indonesia tetap sejahtera dan terus bisa menciptakan suatu karya luhur, tidak hanya berpangku tangan kepada bangsa lain.

Perjuangan belum berakhir, perjuangan yang tanpa kita sadari sesungguhnya ada di depan mata kita. Mata bangsa Indonesia.

Semoga bermanfaat.

9 comments:

  1. yeep perjuangan masih panjang..dan terberat adalah mengisi kemerdekaan ini....dan mengutip dari Rasul...kurang lebih:"perjuangan yang terberat adalah melawan hawa nafsu"

    ReplyDelete
  2. seperti itu ya ternyata...

    ReplyDelete
  3. Butuh beberapa pejuang muda yang harus memperjuangkan nasib batik di Indonesia ini agar lebih diminati dan lebih menjadi icon dari Indonesia ini

    ReplyDelete
  4. @arya ting tingBenar mas.. krena hwa nafsu sekarang mulai menyerang para pemimpin kita.. perjuangan masih panjang :D

    ReplyDelete
  5. @SlameTuxKita semua adalah pejuangnya mas.. mari kita promosikan batik lewt blog :D

    ReplyDelete
  6. wah ... artikel menarik Fajar :)

    ReplyDelete
  7. Eh ... coba daftar di Vlognya vivanews, tulisan ini layak lho dimuat di situ. Nanti pihak vlog menilai dan di-linkkan ke bl0g kita. Lumayan buat tambahq2 traffic lho.

    Masuk dari www.vivanews.com, cari BLOG ata VLOG (saya lupa persisnya apa), daftar di situ :)

    ReplyDelete
  8. @MugniarMakasih Bunda atas sarannya.. :D
    Insya Allah akan segera saya coba.. salam silaturahmi :)

    ReplyDelete