Indonesia heboh,
khususnya ibukota Jakarta, aksi premanisme kembali mencengangkan nurani rakyat
Indonesia. Sekelompok berandalan dengan mengendarai puluhan motor
mengobrak-abrik kawasan di Kemayoran, Jalan Pramuka, Tanjung Priok, dan
Salemba. Akibat aksi brutal itu seseorang tewas, dan beberapa orang terluka.
Belum jelas siapa pelaku
aksi berandal itu. Apakah dilakukan oleh geng motor yang bisa ngetrek di
sejumlah ruas jalanan Jakarta, ataukah oknum tertentu yang sengaja bertindak
premanisme untuk mengalihkan perhatian masyarakat dan media atas isu yang selama
ini berkembang di negeri ini, korupsi, kenaikan BBM, dan seabrek masalah
lainnya.
Terlepas dari siapa
pelakunya, yang hingga kini masih didalami polisi, tindakan premanisme itu
tidak bisa dibiarkan. Selain melanggar undang-undang, aksi itu jelas mengusik
rasa keamanan warga. Rasa aman yang menjadi hak asasi manusia. Coba bayangkan
jika kita sedang berjalan dan tiba-tiba ada orang yang membacok kita, sangat
mengerikan.
Disinilah pentingnya
penegakan hukum, tidak ada tebang pilih dalam menegakannya, warga sipil ataukah
militer. Aparat penegak hukum harus tergas dalam memberikan perlindungan hukum
pada seluruh warganya.
Tak kalah penting lagi
adalah penanaman pendidikan karakter sejak dini. Pendidikan karakter tentang
nilai-nilai moral sebagai manusia. Anggota kelompok geng bermotor kebanyakan
adalah anak muda. Kebanyakan anak muda adalah pribadi yang labil. Mereka sedang
berupaya mencari jati diri dan membutuhkan pengakuan akan eksistensi.
Mereka memerlukan
penyadaran tentang arti pentingnya menghargai dan menghormati. Bahwa melukai orang lain itu tidak dibenarkan
dalam segala hal, menganiaya itu melanggar aturan, dan merusak hak milik yang
dirinya adalah perbuatan tercela.
Jika sudah ditanamkan
rasa kepedulian di hati mereka, anak-anak yang ikut dalam jaringan geng motor
malah akan mengekspresikan dirinya dengan care positif. Geng motor untuk
mengembangkan bakat dan berinteraksi sesama yang lain. Mengadakan acara bakti
sosial dengan cara keliling kota dan membagikan makanan kepada para gelandangan
dan pengemis yang tidur di pinggir-pinggir jalan, andaikata.
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia akan belajar untuk memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan toleransi dan mengahrgai hak orang lain, ia belajar menahan diri.
Maka sungguh
menghawatirkan jika anak, dari kecil tidak dibimbing dan diberi pengarahan
tentang bagaimana cara bersikap yang benar. Pendidikan moral dan akhlak itu
perlu, dan itu tanggung jawab kita semua, termasuk para wakil pemerintahan. Semoga tidak terjadi lagi aksi seperti ini, saling melukai saudara sebumi sendiri, na'udzu billahi min dzalika.
Semoga bermanfaat.
sebuah dilema penegakan hukum dimana kadang harus berhadapan dengan ham
ReplyDeletemiris sekali liat prilaku perusakan spt itu.. apa sih ya yg mereka cari? :(
ReplyDeleteg3ng motor...!
ReplyDeleteemang membingungkan hemh !
Setuju Mas
ReplyDelete@FajarDimanapun HAM harus ditegakkan walaupun sulit dan banyak tantangan :)
ReplyDelete@covalimawatiBanyak alasan yg bisa ditebak mbak, antara kesenangan sesaat dan kepentingan oknum tertentu
ReplyDelete@Harga Trica JusCoba dibuat untuk sesuatu yg bermanfaat ya..
ReplyDelete@V. G. AMMM.. kita semua harus mendukung mas :)
ReplyDelete@DjangkiesAmien pak Ies.. saling menjaga diri dan keluarga dengan doa dan amal baik :)
ReplyDelete